Menteri Luar Negeri Drs. F.C.G.M. Timmermans
Postbox 20061
2500 EB The Hague
12 Agustus 2014
Dengan
Hormat Menteri Timmermans,
Saya
menulis kepada anda atas nama Yayasan Pro Papua mengenai peristiwa mengganggu
baru-baru ini di Papua Barat. Telah ada tindakan keras oleh pasukan keamanan
pada kelompok-kelompok masyarakat sipil di Papua Barat dan khususnya di Komite
Nasional Papua Barat (KNPB). Berikut adalah hanya beberapa insiden yang terjadi
di wilayah itu sejak awal Juli. Jika aparat keamanan terus tindakan keras
terhadap kelompok-kelompok masyarakat sipil yang damai itu hanya akan
menyebabkan peningkatan ketegangan sudah di wilayah tersebut.
Menjelang
pemilihan presiden pada 9 Juli, kelompok masyarakat sipil telah menyerukan
boikot damai pemilu. Namun, pasukan keamanan menangkap banyak aktivis Papua
Barat hanya karena ada yang damai mendistribusikan literatur panggilan untuk
memboikot pemilu seperti hak demokrasi mereka.
Enam
aktivis KNPB ditangkap, dipukuli dan dibawa ke Kantor Polisi Jayapura di 3 Juli
karena mereka membagikan selebaran menyerukan boikot dan di Timika pada 4 Juli
aktivis KNPB tujuh juga ditangkap dan dipukuli karena membagi-bagikan
selebaran. Seorang wanita ditangkap di Kaimana pada 5 Juli untuk alasan yang
sama.
Penangkapan
pada bulan Agustus
Di
Manokwari dua anggota KNPB, Robert Yelemaken dan Oni Weya, yang merupakan
mahasiswa ditangkap dan dipukuli pada 8 Agustus. Insiden ini terjadi setelah
sejumlah anggota KNPB sedang melukis di dinding menyerukan untuk memboikot
perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus) di kota Manokwari. Amnesty
International telah merilis tindakan mendesak dalam kaitannya dengan insiden
itu. Amnesty percaya dua siswa tahanan hati nurani dan harus dibebaskan segera
dan tanpa syarat. Mereka ditangkap dan masih ditahan semata-mata untuk latihan
damai hak mereka untuk kebebasan berekspresi.
Dua
wartawan Prancis ditangkap pada 7 Agustus karena mereka meliput peristiwa di
Papua Barat. Thomas Dandois dan Valentine Bourrat bekerja untuk saluran
televisi Prancis-Jerman Arte ketika mereka ditahan. Wartawan tersebut hanya
melakukan pekerjaan mereka melaporkan kejadian di wilayah itu. Menurut juru
bicara kepolisian provinsi, Sulityo Pudjo Hartono, pihak berwenang khawatir
bahwa warga Perancis adalah bagian dari rencana untuk menciptakan ketidakamanan
dan ketidakstabilan di Papua. Dandois 'fixer dan juru juga ditangkap.
The
Committee to Protect Journalists (CPJ) telah meminta pihak berwenang Indonesia
untuk melepaskan Thomas Dandois dan Valentine Bourrat segera. "Penangkapan
ini berfungsi sebagai pengingat mencolok bahwa pemerintah Indonesia terus
membatasi wartawan melaporkan daerah sensitif di negeri ini," kata
Koordinator CPJ Program Asia Bob Dietz. "Pemerintah Indonesia harus
melepaskan Thomas Dandois dan Valentine Bourrat segera." Reporters Without
Borders juga telah menyuarakan keprihatinan dan menganggap penahanan mereka
terus ilegal.
Polda
Papua menangkap 21 tersangka anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 10
Agustus. Menurut polisi, 21 tersangka di antara 60 orang yang baru saja
dilantik sebagai anggota OPM. Penangkapan ini menjadi perhatian sebagai polisi
secara rutin menggunakan penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan.
Pada
11 Agustus hingga sepuluh anggota KNPB ditangkap karena terlibat dalam
perencanaan kantor sekretariat KNPB di wilayah Asmat.
Insiden
lain termasuk bentrokan antara pasukan keamanan dan kelompok bersenjata di
wilayah itu.
Kami
khawatir bahwa jika kelompok masyarakat sipil terus menyerukan boikot dari
setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, mungkin ada lebih banyak kasus
penangkapan dan penyiksaan terhadap aktivis damai.
Kami
mendorong Anda untuk meningkatkan keprihatinan tentang tindakan keras terhadap
kelompok-kelompok masyarakat sipil yang damai di Papua Barat oleh pasukan
keamanan dengan Pemerintah Indonesia.
Kami
mendorong Anda untuk meminta pembebasan tanpa syarat semua tahanan politik di
Papua Barat dan juga menyerukan segera membebaskan dua wartawan Prancis.
Kami
juga mendesak Anda untuk meningkatkan keprihatinan kami dan situasi hak asasi
manusia yang memburuk di Papua Barat dengan Presiden Indonesia terpilih Joko
Widodo.
Dengan
Hormat,
Yayasan
Pro Papua in Nederland
Tidak ada komentar:
Posting Komentar