Selasa, 12 Agustus 2014

Surat Terbuka Yayasan Pro Papua tentang peristiwa baru-baru di Papua kepada Menteri Luar Negeri Belanda

Menteri Luar Negeri   Drs. F.C.G.M. Timmermans
Postbox 20061
2500 EB The Hague
12 Agustus 2014

Dengan Hormat Menteri Timmermans,
Saya menulis kepada anda atas nama Yayasan Pro Papua mengenai peristiwa mengganggu baru-baru ini di Papua Barat. Telah ada tindakan keras oleh pasukan keamanan pada kelompok-kelompok masyarakat sipil di Papua Barat dan khususnya di Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Berikut adalah hanya beberapa insiden yang terjadi di wilayah itu sejak awal Juli. Jika aparat keamanan terus tindakan keras terhadap kelompok-kelompok masyarakat sipil yang damai itu hanya akan menyebabkan peningkatan ketegangan sudah di wilayah tersebut.
Menjelang pemilihan presiden pada 9 Juli, kelompok masyarakat sipil telah menyerukan boikot damai pemilu. Namun, pasukan keamanan menangkap banyak aktivis Papua Barat hanya karena ada yang damai mendistribusikan literatur panggilan untuk memboikot pemilu seperti hak demokrasi mereka.
Enam aktivis KNPB ditangkap, dipukuli dan dibawa ke Kantor Polisi Jayapura di 3 Juli karena mereka membagikan selebaran menyerukan boikot dan di Timika pada 4 Juli aktivis KNPB tujuh juga ditangkap dan dipukuli karena membagi-bagikan selebaran. Seorang wanita ditangkap di Kaimana pada 5 Juli untuk alasan yang sama.
Penangkapan pada bulan Agustus
Di Manokwari dua anggota KNPB, Robert Yelemaken dan Oni Weya, yang merupakan mahasiswa ditangkap dan dipukuli pada 8 Agustus. Insiden ini terjadi setelah sejumlah anggota KNPB sedang melukis di dinding menyerukan untuk memboikot perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus) di kota Manokwari. Amnesty International telah merilis tindakan mendesak dalam kaitannya dengan insiden itu. Amnesty percaya dua siswa tahanan hati nurani dan harus dibebaskan segera dan tanpa syarat. Mereka ditangkap dan masih ditahan semata-mata untuk latihan damai hak mereka untuk kebebasan berekspresi.
Dua wartawan Prancis ditangkap pada 7 Agustus karena mereka meliput peristiwa di Papua Barat. Thomas Dandois dan Valentine Bourrat bekerja untuk saluran televisi Prancis-Jerman Arte ketika mereka ditahan. Wartawan tersebut hanya melakukan pekerjaan mereka melaporkan kejadian di wilayah itu. Menurut juru bicara kepolisian provinsi, Sulityo Pudjo Hartono, pihak berwenang khawatir bahwa warga Perancis adalah bagian dari rencana untuk menciptakan ketidakamanan dan ketidakstabilan di Papua. Dandois 'fixer dan juru juga ditangkap.
The Committee to Protect Journalists (CPJ) telah meminta pihak berwenang Indonesia untuk melepaskan Thomas Dandois dan Valentine Bourrat segera. "Penangkapan ini berfungsi sebagai pengingat mencolok bahwa pemerintah Indonesia terus membatasi wartawan melaporkan daerah sensitif di negeri ini," kata Koordinator CPJ Program Asia Bob Dietz. "Pemerintah Indonesia harus melepaskan Thomas Dandois dan Valentine Bourrat segera." Reporters Without Borders juga telah menyuarakan keprihatinan dan menganggap penahanan mereka terus ilegal.
Polda Papua menangkap 21 tersangka anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 10 Agustus. Menurut polisi, 21 tersangka di antara 60 orang yang baru saja dilantik sebagai anggota OPM. Penangkapan ini menjadi perhatian sebagai polisi secara rutin menggunakan penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan.
Pada 11 Agustus hingga sepuluh anggota KNPB ditangkap karena terlibat dalam perencanaan kantor sekretariat KNPB di wilayah Asmat.
Insiden lain termasuk bentrokan antara pasukan keamanan dan kelompok bersenjata di wilayah itu.
Kami khawatir bahwa jika kelompok masyarakat sipil terus menyerukan boikot dari setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, mungkin ada lebih banyak kasus penangkapan dan penyiksaan terhadap aktivis damai.
Kami mendorong Anda untuk meningkatkan keprihatinan tentang tindakan keras terhadap kelompok-kelompok masyarakat sipil yang damai di Papua Barat oleh pasukan keamanan dengan Pemerintah Indonesia.
Kami mendorong Anda untuk meminta pembebasan tanpa syarat semua tahanan politik di Papua Barat dan juga menyerukan segera membebaskan dua wartawan Prancis.
Kami juga mendesak Anda untuk meningkatkan keprihatinan kami dan situasi hak asasi manusia yang memburuk di Papua Barat dengan Presiden Indonesia terpilih Joko Widodo.
Dengan Hormat,

Yayasan Pro Papua in Nederland

Tidak ada komentar:

Posting Komentar