Pemerintah Vanuatu
mengatakan bantuan pemerintah Indonesia untuk korban topan tropis Pam di
Vanuatu, tidak akan mengubah sikap pemerintah Vanuatu terkait tawaran Papua
Barat untuk menjadi anggota Melanesian Spearhead Group (MSG).
Radio New Zealand, Kamis, 09 April 2015
melaporkan, Menteri Luar Negeri Vanuatu, Sato Kilman mengatakan, dirinya secara
pribadi telah menerima sumbangan bantuan dari delegasi Indonesia pada Selasa, 7
April lalu. Namun, bantuan tersebut ada hubungannya dengan masalah Papua Barat.
“Dalam pandangan saya,
itu tidak ada hubungannya dengan masalah Papua Barat, Vanuatu memiliki hubungan
diplomatik dengan Jakarta dan ini adalah masalah kemanusiaan dan siapa pun yang
memiliki hati untuk bisa memberi dan menyumbangkan ke Vanuatu untuk membantu
rekonstruksi ini. Ini adalah hal yang menyambut untuk Vanuatu,” kata Sato
Kilman seperti dikutip Radio New Zealand,
Kamis.
Kendati demikian,
Menteri Luar Negeri mengatakan pada tahap ini, Vanuatu akan menyambut bantuan
dari negara manapun.
Sato Kilman adalah
Perdana Menteri Vanuatu pada tahun 2012 ketika pemerintah kontroversial ditempa
membuat perjanjian kerjasama dengan Jakarta, meskipun konfigurasi selanjutnya
pemerintah telah mundur dari hubungan kerjasama yang lebih erat tersebut.
Gerakan Persatuan
Pembebasan untuk Papua Barat (United Liberation Movement for West Papua) yang
menawarkan untuk menjadi keanggotaan akan dipertimbangkan di MSG oleh pemimpin
tertinggi di Kepulauan Solomon akhir tahun ini.
Sementara itu,
pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melalui
keterangan persnya pada Minggu (5/4/2015), mengirim bantuan berupa kebutuhan
pokok terhadap korban Topan Pam di Vanuatu.
“Bantuan kemanusiaan
yang dikirim berupa bahan makanan, paket untuk ibu dan anak, obat-obatan, tenda
posko dan keluarga, selimut, genset listrik, tempat tidur lipat, serta
perangkat kebersihan pribadi dan kesehatan lingkungan (sekitar 40 ton),” kata
Menlu RI, Retno Marsudi melalaui keterangan persnya, Minggu (5/4/2015).
Pemerintah Indoensia
mengirim bantuan senilai USD$2 juta atau setara Rp25 miliar. Ia diserahkan
secara simbolis oleh Duta Besar RI untuk Australia yang merangkap Vanuatu,
Nadjib Riphat Kesoema, pada Selasa kemarin kepada Menteri Perubahan Iklim,
James Bule.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar