Minggu, 04 Mei 2014

Noam Chomsky: Pelanggaran HAM di Papua Karena Dukungan Amerika dan Sekutunya




Noam Chomsky seorang professor Linguistik dari Institut Teknologi Massachisetts menklaim pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua Barat oleh Indonesia terjadi karena adanya dukungan dari Amerika dan sekutunya. 

Dari hasil wawancara The Jakarta Post dengan Noam Chomsky (20/03/2014) di kantornya di Cambridge, Amerika Serikat yang dikutip dari Pacific Media Centre mengatakan,  “Amerika, Inggris, dan Australia bersalah karena mendukung pelanggaran HAM luar biasa di Papua Barat dan di Timor Leste yang kini telah lepas dari wilayah Republik Indonesia.” 

Melihat pengalaman di Papua Barat, sama halnya dengan pembantaian di Desa My Lai, Vietnam oleh kekuatan pasukan Amerika bersama sekutunya pada masa perang dunia II yang menewaskan ratusan jiwa yang tak bersalah. Dalam kasus ini hanya satu orang yang diadili.

Fran Ha Thi yang kini berumur 75 tahun mengatakan pembantaian yang dilakukan di Desa My Lai, Vietnam pada tahun 1968 oleh pasukan Amerika awalnya untuk membasmi pasukan Vietkong, namun karena pasukan Amerika tidak mendapatkan pasukan ini, pasukan Amerika melampiaskannya kepada penduduk dan menewaskan 500 jiwa.

Pembantaian ini awalnya didiamkan oleh Amerika. Namun, setelah sebuah majalah Intenasional bernama Majalah Life mengangkat pembaintaian ini dan membuat dunia terkejut.

Fran Ha Thi juga menduga terdapat penbantaian lain yang dilakukan Amerika di seluruh dunia yang masih belum muncul ke permukaan.

“Kejatuhan Soeharto pada masa kediktatorannya diduga karena Soeharto sudah tidak berguna di mata Amerika.” Tegas Chomsky.

Chomsky menegaskan “Jika pejuang kemerdekaan Papua Barat mampu membuat Amerika dan Sekutunya mengakui dan bertanggung jawab atas seluruh kekejaman yang dilakukannya niscaya kemerdekaan itu akan terwujud.”

Chomsky juga menyinggung pemilu 9 April 2014 di Indonesia bahwa, yang akan menang adalah yang terkuat.(Hugo/RK)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar