Noam
Chomsky seorang professor Linguistik dari Institut Teknologi Massachisetts
menklaim pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua Barat oleh Indonesia
terjadi karena adanya dukungan dari Amerika dan sekutunya.
Dari
hasil wawancara The Jakarta Post dengan Noam Chomsky
(20/03/2014) di kantornya di Cambridge, Amerika Serikat yang dikutip dari Pacific Media Centre mengatakan, “Amerika,
Inggris, dan Australia bersalah karena mendukung pelanggaran HAM luar biasa di
Papua Barat dan di Timor Leste yang kini telah lepas dari wilayah Republik
Indonesia.”
Melihat
pengalaman di Papua Barat, sama halnya dengan pembantaian di Desa My Lai,
Vietnam oleh kekuatan pasukan Amerika bersama sekutunya pada masa perang dunia
II yang menewaskan ratusan jiwa yang tak bersalah. Dalam kasus ini hanya satu
orang yang diadili.
Fran
Ha Thi yang kini berumur 75 tahun mengatakan pembantaian yang dilakukan di Desa
My Lai, Vietnam pada tahun 1968 oleh pasukan Amerika awalnya untuk membasmi
pasukan Vietkong, namun karena pasukan Amerika tidak mendapatkan pasukan ini,
pasukan Amerika melampiaskannya kepada penduduk dan menewaskan 500 jiwa.
Pembantaian
ini awalnya didiamkan oleh Amerika. Namun, setelah sebuah majalah Intenasional
bernama Majalah Life mengangkat pembaintaian ini dan membuat
dunia terkejut.
Fran
Ha Thi juga menduga terdapat penbantaian lain yang dilakukan Amerika di seluruh
dunia yang masih belum muncul ke permukaan.
“Kejatuhan
Soeharto pada masa kediktatorannya diduga karena Soeharto sudah tidak berguna
di mata Amerika.” Tegas Chomsky.
Chomsky
menegaskan “Jika pejuang kemerdekaan Papua Barat mampu membuat Amerika dan
Sekutunya mengakui dan bertanggung jawab atas seluruh kekejaman yang
dilakukannya niscaya kemerdekaan itu akan terwujud.”
Chomsky
juga menyinggung pemilu 9 April 2014 di Indonesia bahwa, yang akan menang
adalah yang terkuat.(Hugo/RK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar