Gereja-gereja
PACIFIC harus menjadi suara rakyat Papua Barat dalam perjuangan mereka untuk
menentukan nasib sendiri.
Berbicara
sekembalinya dari Papua Barat, Moderator Konferensi Gereja-Gereja Pasifik,
Pendeta Dr Tevita Havea, mengatakan penindasan terus di Indonesia dari
masyarakat Papua adalah sebuah surat dakwaan di gereja.
"Kami
telah gagal untuk berbicara menentang ketidakadilan, kita telah gagal untuk
memaksa para pemimpin politik kita untuk mengambil tindakan dan dengan berbuat
demikian kita telah gagal dalam kewajiban kita sebagai orang Kristen untuk
membantu saudara-saudara kita," kata Havea.
"Itu
tidak bertindak berhenti sekarang. Kita harus suara bersuara, wajah orang-orang
berwajah Papua kepada dunia.
"Setiap
gereja di Pasifik memiliki kewajiban untuk melihat bahwa orang-orang Papua yang
diizinkan menentukan nasib sendiri."
Selama
waktu Pendeta Dr Havea di Papua Barat, ia bergabung sekitar 15.000 orang pada
perayaan Gereja GKI di pulau Mansinam. Beberapa detasemen pasukan keamanan
Indonesia - termasuk polisi, angkatan laut, angkatan darat dan satuan
paramiliter - dikerahkan di dan sekitar Mansinam selama acara tetapi banyak orang
Papua yang hadir dilarang mengenkan
bendera Bintang Kejora yang menyimpang.
"Kami
mengakui aplikasi GKI untuk keanggotaan dan menjanjikan dukungan kami bagi
gereja dan orang-orang Papua," kata Havea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar